Susahnya Cari Team Member..

Sharing tentang 5 tahun saya mengawal salah satu project untuk handle 3 operasi wilayah Jawa – Sumatra – Kalimantan dengan total team member lebih dari 100 datang dan pergi . Pelajaran berharga yang saya dapatkan adalah di tahun kelima turn over telah terjadi 50%.

Turn over 50% kok dibilang achievement? Hal ini sudah diperkirakan akan terjadi karena tentunya mempelajari range usia team member dan possibility mereka untuk Stay or Upgrade juga kita prediksi. Begitulah jika kita menjalani bisnis Managed Service, ini kunci utama lingkar bisnisnya. Mencari kandidat itu tidak mudah dan bahkan tidak jarang saya dengan atasan sering berbeda pendapat tentang pentingnya pengalaman agar calon employee tersebut bisa langsung “Nyetel” dengan pekerjaanya.

Karena memang saya menggunakan prinsip sederhana :

  1. Meminta rekomendasi dan bantuan team member (Referal) jika ada rekan/saudara sekalipun yang punya kualifikasi ( tanpa perlu menjelaskan panjang lebar karena ybs bisa jadi “HR Officer” screening awal bukan) untuk melamar.
  2. Pasti sudah ada proses screening dunk kriteria team member yang kayak gimana yang bisa dimintain (referal)? Karena kita ingin “menduplikasi” kinerjanya dan secara tidak langsung menjadikan ybs “supervisor” minimal selama masa probation / adaptasi.
  3. Bagi saya basic skill seorang employee dengan level kebutuhan kita ” Fresh Entry” attitude dan cara berkomunikasi alamiahnya dan bahasa tubuh itu penting. Berkas dan skill khusus itu pertimbangan kedua. Kita pasti tahu mana yang “Nyaman pake baju rapinya” atau yang ” Dibuat nyaman dengan setelah baju dan sepatunya”.
  4. Suka Ngopi? Ngrokok? Olahraga? pertanyaan standar bagi saya untuk pelamar laki-laki. Bagi saya 3 itu sih simbol dari bakal jadi “Game Changer” atau tidak kandidat tersebut didalam team. Game Changer ini bisa negatif dan positif. Coba cari tahu 3 Hal tersebut.

Saya jadi ingat yang disampaikan HR dari Mondelez waktu ada kelas Akademi Berbagi. Seorang HR Talent Acquisition itu sudah bergeser dari sekedar personalia tapi harus tahu betul pekerjaan tiap-tiap posisi talent. Ikut menjadi bagian role pekerjaan mereka itu penting dengan cara melakukan ” Andai aku jadi mereka”, Jadi lebih tepat sasaran dapat talent yang dibutuhkan.

Jadi, Apa sebenarnya pengalaman saya? Saya adalah seorang team player yang dengan senang hati menjadi bagian konstruktif dalam sebuah organisasi. Power of Authority is a weapon, Make sure You have the licence and know the right time and place to use it.

———————————- Tulisan di atas dipublikasikan 20 Oktober 2017 di Linkedin saya——————————

BAgaiman setelah 3 Tahun berselang? Sangat berbeda ketika pengalaman menghandle talent management di bisnis managed service dengan merintis usaha sendiri apalagi bergerak di bidang IT Development. Perusahaan Jasa yang satu ini memang menciptakan sebuah bisnis ketergantungan yang luar biasa terhadap tenaga teknis yang memang mereka sebenarnya adalah core team atas perusahaan IT Application Development. Belum ada kunci yang bisa dibagi karena saya sendiri masih mencari pola untuk dapat menyamankan para pemain inti ini agar semakin menebal keyakinan dan kepercayaanya bahwa kapal ini adalah kapal yang akan membawa mereka ke tujuan.

Tidak semudah menempel brosur atau pengumuman di kampus atau situs pencari kerja untuk mendapatkan talent yang dibutuhkan perusahaan IT. Saya masih percaya sistem referensi alias rekomendasi orang dekat untuk talent recruitment IT. Gimana dengan pengalaman kalian?

Apa kabar 2021?

Hi,

Tahun yang berat di 2020 bagi semuanya, termasuk saya. Banyak hal yang kita pelajari dari tahun 2020, tahun yang awalnya dimulai dengan guyonan tentang COVID-19 dan kemudian menjadi kekhawatiran yang seakan kita sulit untuk guyon dengan tahun 2020. Berita buruk, duka dan juga kehidupan bak roller coaster kerap terlintas di linimasa social media kita ataupun bahkan di sekitara kita yang terjangkau mata. Tahun 2020 kemarin ada hal yang sangat saya syukuri karena ada beberapa safety net yang kemudian terkembang ketika pandemi menyapa. Namun hal tersebut tidak berarti menjadikan kehidupan lebih mudah atau santai.

 

Tahun kemarin adalah tahun Bhumi mulai masuk Taman Kanak-kanak. Tidak pernah terbayangkan bahwa celetukan sekolah online sejak dini kemudian menjadi sebuah kenyataan karena pembatasan kegiatan belajar mengajar. Istriku mengambil peran lebih mendampingi BHUMI selama menjalani sekolah dari rumah. Masih terbayang bagaimana excitednya BHUMI saat akan sekolah dan membayangkan bakal mlethe banget dengan gaya tengilnya sekolah menggendong tas punggungnya, Tapi ini sudah akan hampir setahun kamu sekolah dari rumah nak.

Sekolah tanpa interaksi langsung dan maen bersama di playground adalah keganjilan masa kecil yang sudah harus dialami oleh BHUMI dan teman-teman sebayanya di komplek rumah. Ada GAP yang terjadi, itu adalah keniscayaan dan saya hanya bisa mencoba memberi pengertian berulang kepada istri ketika ada hal yang terkadang membuatnya tidak nyaman. Kondisi yang tidak ideal dan baru dengan metodologi yang juga belum teruji sebelumnya adalah kenaifan jika kita mengharapkan keluaran yang ideal. Apalagi jika bicara pendidikan untuk anak maka sebagai orang tua dan pihak yang berposisi sudah membayar lebih atas pendidikan pasti punya ekspektasi. Yaah, Ekspektasi adalah sebuah momok yang harus di jaga dan selalu di kalibrasi.

Yang stress bukan cuma anak tapi orang tua, Apalagi orang tua baru seperti kami yang tentunya harus lebih banyak belajar untuk menjadi terlibat dengan guru pengajar. Memang bener juga sih guyonan orang komplek kalo sekolah dari rumah itu yang sekolah bukan cuma anak tapi juga orang tuanya. Mesti kreatif juga menerjemahkan petunjuk yang diberikan oleh guru agar bisa lebih dipahami dan diterjemahkan dengan bahasa pendekatan kepada anak. Stadium General tidak bisa dilakukan ketika kita terpisah jarak, Pendidikan Jarak Jauh terkait dengan kendala realitas tersebut. Sudah tugas orang tua untuk bisa menurunkan petunjuk tersebut menjadi bahasa anak yang dikenalnya, 2020 merubah semuanya tapi sekaligus memberikan sebuah bekal yang bagus untuk masa depan, masa dunia digital dan tidak terbatas ruang waktu akan menjadi environment baru anak kita kelak.

Gimana dengan kerjaan? Kerjaan juga mengalami sebuah kalibrasi standar untuk bekerja beroritentasi hasil. Yes! saya di kantor memang berorientasi dengan hasil dan sebelumnya juga monitoring pekerjaan dan progress melalui aplikasi. Ga masalah dunk berarti dengan WFH? BIG NO! Masalah standar yang perlu di kalibrasi akhirnya kita mulai setelah lebaran tahun kemarin dengan full team yang kecil ini terpisah semua alias full remote, bukan karena WFH juga sih tapi sekalian aja nyoba mumpung ada momen. Hasilnya? Berantakan dan Saya masih perlu offline meeting untuk bisa Catch Up dengan rokok plus kopi.

Membangun sebuah budaya baru bahwa ada ikatan jam kerja, Lebih seneng bilang jam layanan customer sih daripada jam kerja. Karena bagi saya, ketika kita sudah mempunya customer tetap, maka kita harus mengikuti availability customer dengan readyness kita as team yang siap support mereka. Kerja bidang IT memang identik dengan jam yang berantakan antara online dan offline. Lagi-lagi mesti belajar untuk dapat menjadi kompatriot memastikan available pada saat jam kantor customer sudah dibuka.

Banyak hal kok yang dipelajari dari 2020, efektifitas dan optimasi dalam beraktifitas bisa menjadi landasan awal kita untuk dapat bergerak lebih lincah di tahun 2021. OPTIMIS YUK! 2021 udah mulai vaksinasi dan kita tetap dalam mode bertahan sampai dengan negara menyatakan ada normal baru yang benar-benar menjadi awal kita keluar dari kecemasan dalam berakitifitas. Semoga 2021 penuh dengan kebaikan untuk saya dan kita semua. STAY SAFE, STAY HEALTHY and KEEP ALIVE!